Provinsi Jambi Alami Deflasi Akibat Tarif Listrik

Kamis, 13 Februari 2025

(istimewa/onlinejambi.com)

ONLINEJAMBI.COM - Merujuk pada rilis Indeks Harga Konsumen (IHK) Badan Pusat Statistik (BPS), secara bulanan, inflasi Provinsi Jambi pada Januari 2025 mengalami deflasi sebesar -0,13% (mtm), tidak sedalam deflasi Nasional yang sebesar -0,76% (mtm).

Secara tahunan, Provinsi Jambi tercatat mengalami Inflasi sebesar 0,46% (yoy), terpantau lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,76% (yoy).

”Secara bulanan deflasi IHK Januari 2025 utamanya disumbang oleh tarif listrik dengan andil sebesar -1,22%, petai dengan andil sebesar -0,05%, tomat dengan andil -0,05%, beras dengan andil -0,04% dan jeruk dengan andil -0,03%,” ujar Kepala Bank Indonesia Provinsi Jambi, Warsono dalam keterangan resminya.

Dikatakan, tarif listrik merupakan komoditas penyumbang deflasi terbesar karena adanya insentif pemerintah sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM Nomor 348.K/TL.01/MEM.L/2024 dalam bentuk diskon tarif listrik sebesar 50% untuk pelanggan rumah tangga PLN dengan daya 2.200 VA ke bawah pada periode Januari hingga Februari 2025.

Sekadar informasi, komoditas tarif listrik menurut SBH Provinsi Jambi tahun 2022 memiliki bobot sebesar 4,11% atau bobot terbesar kedua setelah komoditas bensin (4,52%). Penurunan harga petai juga diindikasikan dengan meningkatnya pasokan pada daerah penghasil dampak panen raya di Kabupaten Kerinci dan Bungo.

Penurunan harga tomat diindikasikan oleh meningkatnya pasokan di tengah stagnannya permintaan masyarakat. Penurunan harga beras ditandai dengan meningkatnya pasokan dan mulai masuknya musim panen di Kabupaten Kerinci. Sedangkan penurunan harga jeruk diindikasikan dengan meningkatnya pasokan seiring dengan momentum Hari Raya Imlek Baru 2576.

Di sisi lain, deflasi bulanan yang lebih dalam tertahan oleh peningkatan harga cabai merah dan cabai rawit yang mengindikasikan kekurangan pasokan yang masuk Provinsi Jambi dari daerah penghasil di Jawa sehubungan dengan intensitas hujan yang tinggi yang mengakibatkan kualitas produk yang kurang.

Lebih lanjut, peningkatan harga daging ayam ras relatif meningkatkan permintaan masyarakat sebagai dampak dari Nataru dan Imlek. Kemudian, peningkatan harga bawang merah diindikasikan oleh terbatasnya pasokan dari sentra penghasil di Pulau Jawa seiring belum masuknya masa panen dan kendala curah hujan tinggi.

Meningkatnya harga kentang kemudian mengindikasikan keterbatasan pasokan dari daerah penghasil di Kabupaten Kerinci dan kendala curah hujan tinggi yang berdampak pada distribusi.

Secara tahunan, berdasarkan komoditasnya, inflasi Provinsi Jambi pada Januari 2025 terutama disumbangkan oleh emas perhiasan (andil 0,28%), minyak goreng (andil 0,24%), daging ayam ras (0,23%), kopi bubuk (0,12%), dan bawang merah (0,11%).

Rincian perkembangan inflasi di Provinsi Jambi adalah sebagai berikut:

Inflasi Kota Jambi:

Bulanan: -0,31% (mtm)

Tahun Berjalan: -0,31% (ytd)

Tahunan: 0,16% (tahun ke tahun)

Tarif listrik menjadi komoditas penyumbang deflasi utama dengan andil sebesar -1,32%. Diikuti petai (andil -0,08%), tomat (-0,06%), ikan nila (-0,04%) dan ketimun (-0,03%).

Di sisi lain, deflasi yang lebih dalam tertahan oleh peningkatan harga pada komoditas cabai merah (andil 0,45%), cabai rawit (0,14%), daging ayam ras (0,06%), bawang merah (0,05%), dan kentang (0,04%).

Inflasi Kabupaten Bungo:

Bulanan: -0,47% (mtm)

Tahun Berjalan: -0,47% (ytd)

Tahunan: 1,02% (tahun ke tahun)

Di Kabupaten Bungo, tarif listrik merupakan komoditas penyumbang deflasi utama dengan andil sebesar -1,66%. Diikuti tomat (andil -0,07%), udang basah (-0.02%), petai (-0,02%), dan kangkung (-0,01%).

Namun demikian, deflasi yang lebih tertahan adalah peningkatan harga cabai merah (andil 0,56%), bawang merah (0,17%), emas perhiasan (0,08%), angkutan udara (0,07%) dan cabai rawit (0,05%).

Inflasi Kabupaten Kerinci:

Bulanan: 0,65% (mtm)

Tahun Berjalan: 0,65% (ytd)

Tahunan: 1,24% (tahun ke tahun)

Di Kabupaten Kerinci, cabai merah merupakan komoditas penyumbang inflasi utama dengan andil sebesar 0,77%. Diikuti daging ayam ras dengan andil 0,30%, bawang merah (0,20%), kentang (0,16%0 dan terong dengan andil 0,10%.

Namun demikian inflasi yang lebih tinggi juga tertahan oleh penurunan tarif listrik dengan andil -0,67%, beras (-0,32%), jeruk (-0,13%), jengkol (-0,08%) dan pisang (-0,04%).

Ke depan, TPID Provinsi Jambi dan kabupaten/kota akan terus memperkuat upaya pengendalian inflasi daerah melalui berbagai program kegiatan. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan inflasi tetap terkendali pada tahun 2025 didukung berlanjutnya sinergi TPID dan Satgas Pangan serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) untuk menjaga keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif terkait perkembangan inflasi.(*)





BERITA BERIKUTNYA
loading...