JAMBI - Aroma khas lilin untuk membatik langsung tercium saat masuk ke gedung Balai Latihan Kerja (BLK) Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas IIB Jambi, Jumat (11/10/2024).
Belasan perempuan yang mengenakan kaos seragam terlihat sedang melakukan proses membatik. Ada yang mempola, mencanting, mencolet, mewarnai, menembok hingga melorot. Ada juga yang sedang menjahit baju.
Terlihat di sisi kiri, terbuka untuk membuat kue. Di tengah ruangan ada pajangan produk karya warga binaan atau perbaikan Lapas Perempuan.
“Produk-produk ini merupakan hasil karya dari Kelompok Kejora yang anggotanya merupakan warga binaan lapas,” ujar Kasi Bimbingan Napi Anak Didik & Kegiatan Kerja Lapas Perempuan Kelas IIB Jambi, Ria Rahmawaty.
Ria mengatakan unit usaha dari Kelompok Kejora bentukan dari program reintegrasi Pertamina EP Jambi Field yang merupakan bagian dari Pertamina Hulu Rokan (PHR) Zona 1, terus berkembang dan dikenal. Dari awalnya hanya satu unit usaha yakni membatik, saat ini sudah ada 10 unit usaha.
“Namun batik tetap menjadi unit usaha unggulan,” ujarnya.
Sepuluh unit usaha itu, kata Ria, yakni selain batik, ada tata boga, toko roti, batik, menjahit, bordir, salon, laundry, pertanian, kerajinan tangan, dan rajut bunga plastik.
Ria mengatakan, khusus batik, sudah dikenal tidak hanya mencakup Jambi saja, tapi juga nasional. Penghargaan pun telah diraih.
Ria menceritakan, awalnya dia pesimis saat awal terbentuknya Kelompok Kejora pada tahun 2019, karena semua mulai dari nol. Setahun kemudian baru mulai dilirik setelah ikut pameran.
Apalagi pada Oktober 2022, Ibu Negara Iriani Jokowi berkunjung ke lapas dan sangat mengapresiasi produk kerajinan Kelompok Kejora.
“Sejak itu tamu berdatangan, anggota DPD Babel belajar tiru pemberdayaan perempuan pada Juli 2024,” ujarnya.
Karena itu Ria berharap, Pertamina EP Jambi Field lebih mensupport, meneruskan membina setelah warga binaan keluar lapas. Sehingga pelatihan di dalam lapas tidak sia-sia.
Saat ini, jumlah anggota Kelompok Kejora ada 74 orang. Khusus membatik 20 orang.
Untuk produksi batik per bulannya berkisar 15-20 pcs untuk batik tulis dan 50 pcs untuk batik cap. Produk turunannya ada kalung, bando, jilbab, tas, lacak, dan lainnya.
“Harga batik tulis Rp350 ribu hingga Rp750 ribu per pcs, sedangkan batik cap Rp 200 ribu - Rp250 ribu,” ujar Ria.
Hebatnya, 7 motif karya Kelompok Kejora ini sudah memperoleh hak cipta dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Motif batik yang telah dipatenkan ini yakni Motif Corona, PianPuan, Harimau Gunung Kerinci, Queen Nanas, Cahaya Resam, Candi Muaro Jambi Keris, dan Jembatan Angso Duo. Ketujuh motif ini memadukan motif khas Lapas Perempuan Jambi dengan kearifan lokal provinsi Jambi.
Pemasaran batik tulis ini dilakukan secara online maupun offline. Lapas Perempuan Jambi kerap hadir pada pameran yang diadakan provinsi dan kabupaten/kota di Jambi dalam rangka memperkenalkan batik kepada masyarakat luas serta terdapat galeri yang selalu dibuka bagi pengunjung/ masyarakat untuk bisa melihat dan membeli langsung.
Pemasaran online juga tak luput dilakukan, batik kejora telah dipasarkan melalui berbagai platform media sosial dan telah memasuki pasar elektronik atau e-commerce yakni Shopee.
Pertamina Reintegrasi Warga Binaan Lapas Perempuan
Pembinaan terhadap warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Jambi tidak hanya dilakukan oleh pihak lapas saja. Pertamina EP Jambi Field yang merupakan bagian dari Pertamina Hulu Rokan (PHR) Zona 1, juga turut peduli.
Kepedulian Pertamina ditunjukkan dengan memberi berbagai program keterampilan bagi para warga binaan Lapas Perempuan Jambi. Salah satunya membatik. Keterampilan itu akan menjadi bekal mereka kelak.
Tidak hanya keterampilan, Pertamina juga mempersiapkan mental para warga binaan, selama mereka menjalani masa hukuman, dan ketika sudah bebas nanti. Program reintegrasi diberikan dalam bentuk penguatan psikologi.
Sosialisasi penguatan mental diberikan Pertamina bekerja sama dengan Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Provinsi Jambi. Program ini diberikan kepada 215 orang warga binaan Lapas Perempuan Jambi.
Pertamina untuk pertama kalinya mengadakan sosialisasi penguatan psikologi bagi warga binaan Lapas Perempuan Jambi pada Rabu, 16 Oktober 2024. Kegiatan dipusatkan di aula lapas.
Sosialisasi penguatan psikologi ini menampilkan narasumber psikolog Fadzlul M.Psi dan Ridho Akbar HZ. Kegiatan diisi dengan evaluasi program, ice breaking, talkshow, games, dan tanya jawab.
Kepala Lapas Perempuan Kelas IIB Jambi, Hani Anggraeni A.Md.IP SH MH, memberi apresiasi tertinggi atas program reintegrasi yang diberikan Pertamina kepada warga binaan Lapas Perempuan Jambi.
Mantan Kepala Lapas Perempuan Pangkal Pinang, Provinsi Bangka Belitung itu mengaku sangat terbantu oleh Pertamina. Sudah banyak program yang diluncurkan Pertamina ke Lapas Perempuan Jambi.
Hani berharap kegiatan seperti ini terus dilakukan secara berkesinambungan. Dengan begitu, warga binaan mendapat bekal selama di dalam lapas, dan percaya diri ketika kembali ke tengah masyarakat.
Bagi Hani, program penguatan psikologi ini sangat bermanfaat bagi warga binaannya. Kekuatan mental sangat dibutuhkan untuk menunjang ilmu dan keterampilan yang mereka dapatkan selama di dalam lapas.
“Ketika bebas nanti mereka sudah punya keterampilan, dan mentalnya telah siap saat kembali ke tengah masyarakat. Dalam fungsi pemasyarakatan, penguatan psikologi sangat sejalan dengan program pembinaan,” ujar Hani.
Hani menjelaskan, program pembinaan warga binaan ada dua jenis, yakni pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. Untuk pembinaan kepribadian, mereka diberi penguatan dari sisi kerohanian dan keagamaan. Sedangkan pembinaan kemandirian mereka diberi berbagai keterampilan.
Wakil Ketua Himpsi Jambi, Verdiantika Anissa, pin mengakui penguatan psikologi sangat penting bagi warga binaan di lembaga pemasyarakatan. Tujuannya, agar mereka lebih kuat menghadapi segala permasalahannya.
“Kami berharap ibu-ibu warga binaan di sini menjadi wanita yang kuat dan bermental baja. Jadi ketika menghadapi tantangan kehidupan mampu dihadapi dengan efektif,” ujar Verdiantika.
Verdiantika sangat berharap para warga binaan Lapas Perempuan Jambi bisa menjadi yang terbaik bagi diri sendiri. Masa lalu harus dijadikan pembelajaran. Manusia paling bijak adalah yang mau berupaya dan belajar menjadi baik.
Sementara itu, Manager Pertamina EP Jambi Field, Hermansyah, memaparkan alasan dan tujuan diadakannya sosialisasi penguatan psikologi bagi warga binaan Lapas Perempuan Jambi.
“Kegiatan ini digelar untuk mengukur apakah program yang telah dilakukan selama ini berdampak atau tidak terhadap warga binaan,” ujarnya didampingi Comrel & CID Officer PHR Zona 1, Afrianto dan Community Development Officer (CDO) Pertamina EP Jambi Field, Zainul.
Dikatakan, ada 3 poin yang mau dikejar dari program reintegrasi melalui pendekatan pemberdayaan berkelanjutan. Yakni, psikologi, peningkatan pengetahuan, dan keterampilan.
“Roadmap kita 5 tahun. Sekarang sebenarnya masuk tahun ke-6 karena sempat berhenti akibat ada wabah Covid-19 di tahun 2020,” ujarnya.
Kenapa psikologi yang dihadirkan? Diharapkan, saat warga binaan bebas dan keluar dari lapas, secara mental mereka siap untuk terjun lagi ke masyarakat dengan berbagai stigma yang bakal mereka hadapi.
Pada program reintegrasi ini, bebernya, Pertamina menghadirkan kelompok batik di awal program untuk peningkatan keterampilan.
“Tapi pelatihan yang kita berikan bukan hanya batik, tapi juga manajemen kelompok, public speaking, manajemen keuangan, dan lainnya, termasuk secara psikologis mereka,” ujarnya.
Jadi, katanya, tujuan utama bukan tentang batik, tapi itu jalan awal untuk tujuan yang lebih besar yakni agar warga binaan bisa bertahan hidup setelah keluar dari lapas.
Ke depan, Pertamina juga sedang menginisiasi pembentukan wadah bagi warga binaan yang sudah keluar lapas.
“Kegiatan hulunya kan sudah di lapas. Selanjutnya hilir, terlepas mereka mau kemana, itu hak mereka. Tapi ketika mereka tidak punya jalan, kita akan menyiapkan wadah yang akan menjadi program unggulan kita di tahun depan,” tandasnya.
Dijelaskannya, sistem reintegrasi warga binaan pemasyarakatan melalui konsep sustaining empowerment berfokus pada proses mempersiapkan dan mendukung warga binaan agar dapat kembali berintegrasi dengan masyarakat secara produktif dan positif setelah masa hukuman mereka.
“Konsep ini menggabungkan dua aspek utama, yakni pemberdayaan berkelanjutan dan reintegrasi sosial,” ujarnya.
Untuk Pemberdayaan Berkelanjutan (Sustaining Empowerment) meliputi pelatihan dan bantuan kegiatan dengan memberikan keterampilan dan pengetahuan bagi warga binaan selama masa hukuman.
Pelatihan yang diberikan berupa membatik hingga pemasaran, termasuk penyediaan sarana dan prasana. Selain itu juga pelatihan desainer, tata boga, pelatihan eco print, dan lainnya.
Selanjutnya, menyediakan layanan konseling dan dukungan untuk membantu warga binaan mengatasi trauma dan stres yang mungkin mereka alami.
“Kita juga meningkatkan keterampilan sosial dan komunikasi untuk membantu warga binaan berinteraksi dengan masyarakat secara efektif,” ujarnya.
Untuk reintegrasi sosial, Pertamina menyediakan mentor atau pendamping yang dapat membantu warga binaan beradaptasi dengan kehidupan masyarakat, termasuk bantuan dalam mencari pekerjaan dan tempat tinggal.
Lalu, menyediakan akses ke jaringan dukungan sosial, seperti kelompok komunitas, lembaga sosial, dan organisasi non-pemerintah yang dapat memberikan bantuan tambahan. Dan membantu membangun kembali hubungan dengan keluarga dan teman untuk menciptakan jaringan dukungan yang stabil.
Terakhir, pendekatan holistik dengan mengajak komunitas lokal untuk berpartisipasi dalam proses reintegrasi, mengurangi stigma terhadap warga binaan, dan mempromosikan penerimaan mereka, serta mengembangkan kebijakan yang mendukung reintegrasi, seperti akses ke layanan sosial, kesempatan kerja, dan perlindungan hak.
“Dengan menggunakan konsep sustaining empowerment, sistem reintegrasi bertujuan untuk memastikan bahwa warga binaan tidak hanya memiliki kesempatan untuk kembali ke masyarakat tetapi juga memiliki sumber daya dan dukungan yang diperlukan untuk berhasil. Ini membantu mengurangi kemungkinan kekambuhan dan meningkatkan kemungkinan integrasi yang sukses dan produktif,” tandasnya.
Untuk diketahui, program reintegrasi Pertamina sudah dimulai sejak tahun 2019, diawali dengan inisiasi yang meliputi pembentukan kelompok batik, pembuatan infrastruktur, dan pelatihan kelembagaan.
Lalu tahun 2020, tahap penguatan, yakni peningkatan kapasitas kelompok, inovasi lingkungan, dan branding produk.
Tahun 2021, tahap pemantapan dengan melakukan diversifikasi produk, replikasi program, dan penguatan kelembagaan.
Selanjutnya di tahun ke empat, tahun 2022, Pertamina melakukan pengembangan seperti perluasan pemasaran dan pembangunan infrastruktur.
Tahun terakhir, yakni pada 2023, masuk pada tahap kemandirian dan sentra produk. Sejatinya program sudah selesai di tahun kemarin, tapi dalam perjalanannya terkendala karena wabah Covid-19 pada awal 2020.
Karena itu di tahun 2024, melanjutkan kemandirian. Lebih dipertajam lagi dan sedang menginisiasi untuk program hilirnya setelah warga binaan keluar dari lapas.
Pertamina Harus Siapkan Progam Untuk Napi yang Bebas
Praktisi dari Universitas Nurdin Hamzah Jambi, Wenny Ira Reverawati, S.IP, M.Hum mengatakan program CSR yang dimulai dengan pembentukan kelompok batik di Lapas Perempuan Jambi merupakan langkah yang sangat baik. Ini tidak hanya memberikan keterampilan kepada warga binaan, tetapi juga meningkatkan peluang mereka untuk berdaya secara ekonomi setelah bebas.
“Program ini jelas memberi manfaat tidak hanya bagi narapidana (warga binaan, red) itu sendiri, tetapi juga bagi masyarakat luas dengan mendorong reintegrasi sosial yang lebih baik,” ujarnya.
Dosen Ilmu Pemerintahan Fisipol UNH Jambi ini menambahkan fakta bahwa program ini terus berjalan dan berkembang menjadi 10 unit usaha menunjukkan adanya keberhasilan dalam pelaksanaan dan pengelolaan. Pertumbuhan ini juga mencerminkan minat dan partisipasi yang tinggi dari warga binaan, serta dukungan yang baik dari pihak Pertamina.
Namun, kata Wenny, untuk warga binaan yang telah bebas, tampaknya belum ada program lanjutan yang bisa membantu mereka mempertahankan keterampilan dan usaha yang telah mereka pelajari. Hal ini menunjukkan adanya ruang untuk perbaikan dalam hal memberikan dukungan berkelanjutan kepada mantan narapidana.
Karena itu, kata wenny, Pertamina bisa memperkuat program ini dengan menyediakan program lanjutan untuk warga binaan yang telah bebas, misalnya dalam bentuk pelatihan kewirausahaan, bantuan modal usaha, atau pendampingan bisnis.
“Program ini bisa membantu mereka memulai usaha sendiri atau memperluas keterampilan yang mereka miliki agar lebih siap dalam menghadapi dunia kerja atau berwirausaha di luar lapas,” ujarnya.
Selain itu, Pertamina juga bisa memperluas dampak CSR-nya dengan berkolaborasi bersama pemerintah daerah, dinas sosial, atau lembaga pemberdayaan lainnya. Kolaborasi ini bisa membantu memfasilitasi penyaluran bantuan atau program yang lebih terintegrasi untuk para mantan narapidana agar mereka bisa benar-benar mandiri.
Selain keterampilan teknis seperti membatik, Wenny menyarankan program juga bisa mencakup pengembangan soft skills seperti manajemen waktu, komunikasi, atau bahkan kesehatan mental. Hal ini akan membantu warga binaan lebih siap secara mental dan emosional untuk menghadapi tantangan setelah bebas.
“Dengan mengimplementasikan program lanjutan yang lebih komprehensif, Pertamina tidak hanya membantu para kompensasi selama masa hukuman, tetapi juga berkontribusi pada reintegrasi sosial mereka secara lebih menyeluruh,” tandasnya.(*)
PPM, Program SKK Migas-KKKS yang Berikan Dampak Positif Bagi Masyarakat Provinsi Jambi
Ini Peran Perbankan Syariah Dukung Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Literasi Keuangan Remaja Hanya 51,7%, ICDX Upayakan Literasi Sejak Dini
SKK Migas dan Jindi South Jambi Temukan Gas sebesar 9.45 Juta Kaki Kubik Gas Per Hari
BI Jambi Gelar FEB Bahas Strategi Penguatan Hilirisasi Pangan Berbasis Industri Padat Karya