SAAT penulis mengetahui Al Haris datang menemui masyarakat di Desa Muara Air Dua, Sekeladi, Batin Pengambang dan desa-desa sekitarnya, tiba-tiba penulis teringat sejarah panjang masyarakat Marga Batin Pengambang.
Nama-nama desa yang disebutkan adalah dusun asal atau Dusun Tuo yang termasuk ke dalam Marga Batin Pengambang.
Namun belum selesai penulis menuliskan tentang Marga Batin Pengambang, penulis kemudian mendapatkan kabar Al Haris bertemu dengan tim Pemenangan Kecamatan Tanjung Tanah. Seketika penulis terhenti.
Pandangan penulis kemudian malah menarik perhatian ke Tanjung Tanah. Cerita yang penting dituturkan. Dan terlalu sayang kemudian dilewatkan. Untuk sementara cerita Marga Batin Pengambang kemudian dipending dulu. Penulis kemudian berkonsentrasi menuliskan tentang Tanjung Tanah.
Sebagaimana dituliskan oleh Ulu Kozok dalam Buku legendarisnya Kitab Tanjung Tanah, Kitab Tanjung Tanah berisikan tentang hukum mengatur di Kerinci seperti KUHP. Berbagai aturan atau norma yang kemudian dituliskan aksara incung menjadi pedoman dalam mengatur perilaku kehidupan sosial dan hukum di Kerinci.
Aksara incung merupakan sebuah lambang peradaban Kerinci yang agung. Jejak ornamen yang masih dilihat sebagai pusaka, kompas sekaligus puzzle berbagai rantai misteri di Jambi.
Sebagaimana diketahui, berbagai sumber menyebutkan, dari periode pra sejarah (zaman Megalitikum).
Tidak salah kemudian Jambi mempunyai peradaban dari mulai pra sejarah. Peninggalan zaman Megalitikum (batu bersusun) terdapat di Kerinci, Sungai Penuh, dan Merangin. Peninggalan zaman Megalitikum hanya terdapat di beberapa tempat di Indonesia.
Tempat simbol yang melambangkan leluhur bangsa Jambi jauh sebelum ada kerajaan di Indonesia. Daerah ini kemudian dikenal sebagai dataran tinggi. Berbagai riset klasik membuktikannya.
Memasuki pra Budha-menjelang kedatangan Agama Budha, dikenal berbagai tutur seperti Puyang. Sebagai tutur untuk menjelaskan keberadaan manusia di Jambi.
Maka dikenal Puyang seperti Nenek Semula Jadi di Marga Batin Pengambang (Sarolangun). Atau Datuk Perpatih Penyiang Rantau di Marga Sumay (Tebo).
Nah, setelah itu adanya jejak arkeologi di Candi Muaro Jambi, sebagai pusat Pendidikan terluas yang kemudian dicatat di Universitas Nalanda, India.
Semula ketika zaman pascaruntuhnya Candi Muaro Jambi -diperkirakan abad 12, cerita Datuk Paduko Berhalo sebagai “jejak” Islam di Jambi yang sering dituturkan oleh tetua adat kemudian meninggalkan pertanyaan mengganggu.
Apakah pascaruntuhnya Kerajaan Candi Muaro Jambi yang menganut agama Budha kemudian masuknya Islam, sama sekali tidak ada jejak agama Hindu di Jambi.
Dari pendekatan arkeologi maupun tutur di tengah masyarakat sama sekali tidak ditemukan. Semula penulis berkeyakinan adanya rantai yang terputus (missing link) dari periode zaman itu.
Bandingkan dengan sejarah Nusantara yang sempat meletakkan Candi Majapahit dan Kitab Negara Kertagama yang klasik menyebutkan negeri Jambi bagian dari kerajaan Mahapahit. Sehingga di Nusantara sendiri, agama Hindu hadir dan menjadi bagian besar peradaban Nusantara.
Namun ketika Kitab Tanjung Tanah ditemukan dengan aksara Incung justru melengkapi missing link. Melengkapi puzzle yang semula sempat terputus.
Dengan adanya Kitab Tanjung Tanah, maka jejak Hindu di Jambi terutama di Kerinci kemudian menjadi lengkap. Kitab Tanjung Tanah melengkapi puzzle antara zaman Budha dan masuknya Islam.
Dengan adanya Kitab Tanjung Tanah sekaligus sebagai jejak agama Hindu maka lengkap sudah jejak periode peradaban di Jambi.
Baik dimulai dari zaman pra sejarah yang dikenal zaman Megalitikum, agama Budha, Hindu, Islam, dan kedatangan dan penguasaan oleh Belanda.
Sehingga tidak salah kemudian Jambi adalah “negeri paling lengkap” (meminjam istilah teman).
Tanjung Tanah adalah saksi sekaligus bukti tentang puzzle yang melengkapi sejarah panjang di Kerinci.
Sehingga tidak salah kemudian, mendatangi Tanjung Tanah adalah perjalanan betuah dalam memahami sejarah Jambi.(*)
*Penulis adalah Direktur Media Publikasi dan Opini Tim Pemenangan Al Haris-Sani.
19 Dewan Solid Menangkan Haris-Sani di Kerinci dan Sungaipenuh
Milenial Jambi Kecam Pernyataan Ketum PDIP Megawati Soal Sumbangsih Pemuda
Dinilai Tak Bedakan Suku, Ras, dan Agama, Komunitas Batak Merangin Pilih Menangkan Haris-Sani
Taati Protokol Covid-19, Al Haris Lantik Ratusan Tim Supik Gendis Merangin Secara Bertahap
Dukung Haris-Sani di Pilgub Jambi Masyarakat Sarolangun Minta Perbaikan Jalan